1.
Hereditas
Hereditas
adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis melalui gen (DNA) atau secara sosial melalui pewarisan gelar, atau status sosial.
Sudah
terlihat jelas oleh manusia-manusia sejak dahulu bahwa keturunan menyerupai
induknya. Seperti contohnya pada buku Kejadian 30-46
meceritakan bagaimana Jacob dan Laban membagi domba mereka menjadi domba yang putih
dan domba yang berbintik-bintik untuk memastikan tidak ada yang tercuri.
Walaupun sudah jelas bagi orang-orang zaman dahulu bahwa dalam hereditas sifat
dan watak diwariskan, mekanisme dari hereditas itu sendiri masih belum jelas.
2.
Tabularasa
Tabula
rasa (dari bahasa Latin
kertas kosong) merujuk pada pandangan epistemologi bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata lain "kosong", dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat inderanya terhadap dunia di luar dirinya.
Umumnya
para pendukung pandangan tabula rasa akan melihat bahwa pengalamanlah yang
berpengaruh terhadap kepribadian,
perilaku sosial dan emosional, serta kecerdasan.
Gagasan
mengenai teori ini banyak dipengaruhi oleh pendapat John
Locke di abad 17. Dalam filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia) ketika
lahir berupa "kertas kosong" tanpa aturan untuk memroses data, dan data yang ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk
hanya oleh pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran
individu "kosong" saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan
individu untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan
isi dari karakternya - namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak bisa
ditukar. Dari asumsi tentang jiwa yang bebas dan ditentukan sendiri serta
dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir doktrin Lockean tentang apa yang disebut
alami.
Teori
ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai
kertas putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of all
characters). Jadi, sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan
apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Di sini kekuatan ada pada
pendidik.
Pendidikan
dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak.Pendapat John Locke seperti di
atas dapat disebut juga empirisme, yaitu suatu aliran atau paham yang
berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari
pengalaman (empiri) yang masuk melalui alat indera.
Kaum
behavioris juga berpendapat senada dengan teori tabularasa itu. Behaviorisme
tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan, atau sifat-sifat yang
turun-temurun. Semua Pendidikan, menurut behaviorisme, adalah pembentukan
kebiasaan, yaitu menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan
seorang anak.
3.
Nativisme
Lawan
dari empirisme ialah nativisme. Nativus (latin) berarti karena kelahiran.
Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak dilahirkan sudah
mempunyai berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya
masing-masing. Pembawaan anak-anak itu ada baik dan ada yang buruk. Pendidikan
tidak perlu dan tidak berkuasa apa-apa.
Aliran
Pendidikan yang menganut paham nativisme ini disebut aliran pesimisme.
Sedangkan yang menganut empirisme dan teori tabularasa disebut aliran
optimisme.
Kedua teori tersebut ternyata berat sebelah. Kedua teori tersebut ada benarnya dan ada pula yang tidak benarnya. Maka dari itu, untuk mengambil kebenaran dari keduanya, William Stern, ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, telah memadukan kedua teori itu menjadi satu teori yang disebut teori konvergensi.
Kedua teori tersebut ternyata berat sebelah. Kedua teori tersebut ada benarnya dan ada pula yang tidak benarnya. Maka dari itu, untuk mengambil kebenaran dari keduanya, William Stern, ahli ilmu jiwa bangsa Jerman, telah memadukan kedua teori itu menjadi satu teori yang disebut teori konvergensi.
Aliran Nativisme berpendapat bahwa
perkembangan manusia sangat ditentukan bakatnya sejak lahir sehingga pengalaman
tak berpengaruh apa - apa. Jadi anak harus diberi kebebasan mencari apa yang
mereka perlukan.
4.
Behaviorisme
Pembelajaran
selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti
yang kita inginkan. Hubunagn stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi
sebuah kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru
menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya
diperoleh hasil.
behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Aliran
behaviorisme mengatakan bahwa manusia lahir tak membawa apa-apa, manusia
berkembang berdasarkan stimulus dari lingkungan dan seluruh perilaku manusia
adalah hasil belajar. Pendidik harus menciptakan lingkungan belajar yang
merangsang anak untuk belajar.
5.
Konvergensi
yaitu
pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak lahir telah memiliki potensi yang
berupa pembawaan. Namun pembawaan yang sifatnya potensial itu harus
dikembangkan melalui pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan pendidikan, oleh
sebab itu tugas pendidik adalah menghantarkan perkembangan semaksimal mungkin
potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang berguna bagi diri, keluarga,
masyarakat, nusa, dan bangsanya.
Hak
negara terhadap pengajaran dan pendidikan juga diterimanya dari Tuhan (bukan
negara polisi atau totaliter), seperti hak orang tua terhadap anaknya. Tetapi,
hak itu bukan karena kedudukannya sebagai orang tua, melainkan karena gezag
atau kekuasaan yang menjadi milik negara untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan bangsanya, yang sudah menjadi tujuan negara itu sendiri.
Negara
mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran
bagi warga negaranya, sesuai dengan dasar-dasar dan tujuan negara itu sendiri,
yaitu mengatur kehidupan umum menurut ukuran-ukuran yang sehat sehingga menjadi
bantuan bagi pendidikan keluarga dan dapat mencegah apa-apa yang merugikan
perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya.
Apabila
keluarga tidak mungkin lagi melaksanakan pendidikan seluruhnya (misalnya
pendidikan kecerdasan, pengajaran, dan sebagian dari pendidikan sosial ;
perkumpulan anak-anak), disitulah negara, sesuai dengan tujuannya, harus
membantu orang tua dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah dan badan-badan
sosial lainnya. Demikian juga, negara berhak dan berkewajiban melindungi
anak-anak, bila kekuatan orang tua – baik material maupun moral – tidak dapat
mencukupi, misalnya karena kurang mampu, tidak sanggup, atau lalai.
Jadi,
jelas di sini bahwa hak orang-orang itu tidak mutlak. Hak itu terikat oleh
hukum alam dan hukum Tuhan, dan pendidikan itu harus pula sesuai dengan
kesejahteraan umum. Tetapi, hak negara yang demikian (turut campur tangan)
Aliran
konvergensi menganggap factor heriditas dan lingkungan sama pentingnya.Bakat tak berarti tanpa pendidikan
dan sebaliknya pengalaman tanpa bakat tak kan mampu berkembang dengan baik.
Pendidikan perlu diberikan dengan tetap memperhatikan bakat siswa. Pendidikan
formal yang diikuti bias ditmbahkan extrakulikuler sesuai minat atau bakat.
6. Fitrah
Islam mempunyai pandangan berbeda dengan
teori-teori di atas. Islam menampilkan teori fitrah (potensi positif) dalam
pendidikan sebagai perkembangan manusia. Tentu kosep teori ini mengacu pada
Al-Qur’an dan Hadits.
Allah berfirman:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama
tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah
lantaran pengaruh lingkungan.)
Fitrah merupakan keutamaan yang diberikan Allah
kepada manusia yang menjadi potensi bagi mereka yang educable (mendidik). Potensi
tersebut bersifat kompleks yang terdisri atas: ruh (roh), qolg (hati), aql
(akal). Potensi tersebut bersifat ruhaniah atau metal-psikis. Selain itu
manusia dibekali potensi fisik-sensual berupa alat indera yang berfungsi
sebagai instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi
di lingkungannya. Dengan demikian fitrah merupakan konsep dasar manusia yang
ikut berperan dalam perkembangan peserta didik di samping lingkungan
(pendidikan).
lengkap banget kak makasih
BalasHapusaxsis